Pantomime

Posted On // Leave a Comment

Istilah Pantomim datang dari Yunani yang artinya“serba isyarat”. Berarti secara etimologis, pertunjukan pantomim yang dikenal sampai sekarang itu adalah sebuah pertunjukan yang tidak menggunakan bahasa verbal. Bahkan bisa sepenuhnya tanpa suara apa-apa. Dengan kata lain, pantomim adalah pertunjukan bisu.


Dalam buku “The Art of Pantomime”, Charles Aubert memberikan pengertian, pantomim adalah seni pertunjukan yang diungkapkan melalui ciri-ciri dasarnya, yakni ketika seseorang melakukan gerak isyarat atau secara umum bahasa bisu. Bahasa gerak sang pantomimer adalah universal; menjalankan ekspresi emosi yang serupa diantara berbagai umat manusia. Pantomim merupakan gerak teatrikal dalam sebuah permainan dengan bahasa gerak.

Sedangkan dalam risalah Aristoteles yang terkenal berjudul Poetics, yang ditulis kurang lebih 500 tahun sebelum masehi, juga menyebutkan pantomim. Ini artinya pertunjukan pantomim sudah berumur tua. Bahkan beberapa teori menyebutkan pantomim sudah ada lebih dahulu dikenal di Mesir dan India, sebelum ada di Yunani. Teori tersebut didasarkan pada beberapa temuan relief yang ada pada piramida dan candi. Rumusan yang dikemukakan oleh Aristoteles memberikan asumsi bahwa pantomim sudah mulai dapat diungkapkan melalui ciri-ciri dasarnya. Yakni ketika orang mempertahankan seni gerak tiruan (imitation) yang tidak berdasarkan pada rhytm secara dominan. Seni gerak itu selesai sebagai suatu gerak isyarat, maka para ahli menyebutnya sebagai pantomim.

Pada Encyclopedia Britanica ditulis bahwa pantomim sebagai seni yang mengandalkan olah tubuh dan kebisuan ini ada di Yunani sejak tahun 600 sebelum masehi. Kini, pantomim sering diasosiasikan sebagai gaya akting komedi tanpa kata-kata. Jika ditelusuri, pantomim ternyata adalah istilah yang berawal dari dua jenis bentuk akting. Pertama untuk menyebut aktor komedi di masa Yunani yang menggunakan gerak tubuh untuk berkomunikasi. Kedua, dipakai untuk menyebut aktor di Romawi yang menyampaikan perannya melalui tari dan lagu.

Bentuk awal seni pantomim masih dapat ditelusuri dalam Phlyake, sebuah pertunjukan peran jenaka yang mengangkat tema dari kehidupan yang nyata dan mitologi yang berkembang di kawasan Sparta, Megara dan Dorian. Pemeran dalam pertunjukan ini tidak saja berpakaian aneh, tapi juga menutupi muka mereka dengan topeng yang hanya menyisakan bagian mulut. Penulis pertama seni pantomim Dorian yang ternama adalah Epicharmus (530-400SM). Sejak tahun 485-467 SM, dia menjadi satu-satunya penulis pantomim yang paling kondang di Syracuse. Sampai-sampai pemikir serba bisa Aristoteles menganggapnya sebagai penulis puisi dramatik pertama yang sangat berjasa. Epicharmus juga menulis beberapa plat komikal dan menghaluskan permainan pantomim sebelumnya.Pantomim Dorian kemudian dianggap sebagai bentuk awal pantomim modern. Sejak itu pantomim identik dengan sifat-sifat komikal, karakter para pahlawan atau bahkan dewa pun dapat dijadikan bahan tertawaan.

Seni pantomim dalam perkembangannya semakin dikenal oleh banyak bangsa-bangsa di dunia, terutama melalui industri film. Tahun 1900-an berbagai bentuk ekspresi dan gerak yang paling terbaru dikembangkan dengan serius. Tahun 1927 dikenal dengan era tanpa kata, banyak para aktor yang menguasai seni pantomim seperti Ben Turpin dan Charlie Chaplin. Di Perancis, seniman pantomim yang terkenal adalah Marcel Marceau, yang menentukan gaya individu dari pantomim klasik Pierrot. Maka Marceau selalu tampil dalam karakter BIP dengan muka putih, dia membatasi karyanya sebagai seni mengekspresikan perasaan melalui bahasa tubuh.

Lalu, bagaimana pantomim di Indonesia?? Sementara perjalanan budaya, perkembangan pantomim dunia telah jauh bergerak. Di Indonesia, kegiatan pantomim baru dimulai sekitar tahun 1970-an, utamanya di Jakarta dan Yogjakarta. Dari dua kota ini budaya pantomim di Indonesia digerakan.

Baiklah, malam makin membuat saya mengantuk…. Insya Allah nanti disambung dengan perkembangan pantomim di Indonesia.


Published with Blogger-droid v2.0.4

0 komentar:

Posting Komentar