Pemberontakan Terhadap Musik Mainstreams

Posted On // Leave a Comment

Seperti diketahui, Indie memang berasal dari kata Independent. Hal ini bermula dari tabiat anak-anak muda Inggris yang suka memotong kata agar mempermudah pelafalan informal seperti juga; distribution menjadi distro, british menjadi brit, dsb. Namun kecendrungan awam dalam memahami Indiemembuat banyak orang memperdebatkan arti atau makna independen tersebut. Status artis/band atauminor label yang tidak dikuasai/dikendalikan major label seringkali dianggap sebagai indie. Sedangkan di lain pihak berpendapat, bahwa independen dalam konteks indie adalah sebagai subkultur dan genre musik. Akan tetapi kita tidak bisa menghakimi siapa yang paling benar dalam memaknai Indie tersebut.


Sejarahnya dimulai sejak awal abad 20 dengan kemunculan minor label seperti Vocalion atau Black Patti yang kala itu berupaya mengikis dominasi major label semacam Victor, Edison, dsb. Walaupun independensi pada pola dan jaman itu tidak menjalin akar dengan pengertian bahwa independen dalam konteks indie adalah sebagai subkultur dan genre musik, mereka bertendensi serupa sebagai antitesis mainstream dengan merilis musik kaum minoritas seperti blues, bluegrass, dsb. Tapi saat itu yang terjadi sekadar rivalitas antara kapital kecil melawan kapital besar dan pergerakannya tidak bersifat integral. Lalu di era 50-an mulai berkembang wacana independenuntuk memerdekakan kreativitas dari intervensi kepentingan industri. Kendati demikian, kondisi yang tercipta tidak menghasilkan karakter signifikan. Bipolarisasi terhadap arus utama belum terwujud. Mereka memang berproduksi secara minor tapi iramanya masih mengacu ke pola major label juga. Walaupun bermotif kebebasan berekspresi, mereka hanya independen secara kapital dari major label namun orientasi musiknya tetap setipe major label.

Seiring dengan perkembangannya, di Indonesia istilah indie mengalami perluasan makna akibat eksploitasi media massa yang menjadikannya rancu. Secara general, definisi indie cenderung dipublikasikan sebagai pola kerja mandiri semata. Independen secaraminor label atau self-released tidak menjamin artis/label itu berkarakter indie. Esensi indie bukan sekadar kemandiriannya saja, namun lebih kepada Roots-Character-Attitude (RCA) yang bertumpu pada resistensi terhadap mainstream. Sebagai contoh, The Smiths dan New Order dirilis oleh Warner Musicnamun reputasinya masih diakui sebagai band indie karena RCA mereka adalah indie. Bahkan secara internasional indie diakui sebagai genre. Itu artinya, ada sebuah konsensus global yang memahami indie dalam spesifikasi musik tertentu.Lalu bagaimana menentukan band itu indie atau bukan? Bagaimana bila sebuah band beridealisme mainstream tapi mereka berproduksi secara swadaya? Seseorang yang berjiwa mainstream pun bisa saja menghasilkan karya berkarakter mainstream tapi dikemas secara Do-It-Yourself dengan dalih kebebasan ekspresi atau budget minim.Dan itu bukanlah Indie.

Guna mendistribusikan rekaman indie, para scenester(aktivis musik) indie membangun jalur distribusi di luar sistem mainstream yang kemudian dikenal sebagaidistro. Disinilah keistimewaan indie terletak pada jaringan kerjanya. Indie tanpa networking akan menjadi benteng tanpa prajurit. Dalam relasinya indiecenderung lebih mengedepankan unsur humanis. Dukungan mutualisme semacam ini sebenarnya adalah warisan dari 3 dekade silam ketika indie labelyang lebih besar memberi dukungan kepada indie label yang lebih kecil untuk berkembang lebih pesat tanpa mengawatirkan rivalitas pasar. Indie bergerak kepada orientasi pendengar yang segmentatif. Kalaupun akhirnya mendapat respon luas, itu dianggap senagai bonus saja. Faktor penentunya adalah sikap artis/band indie tersebut ketika mulai dikenal secara luas. Mereka harus lebih bijak dalam menjaga pakem agar karakternya tidak terseret menjadi pasaran atau kacangan.

Singkatnya, Indie adalah etos cutting edge, avant garde atau budaya kreatif yang menjadi alternatif dari pola-pola musik pada umumnya.


Published with Blogger-droid v2.0.4

0 komentar:

Posting Komentar