Menghibur Selera Pasar

Posted On // Leave a Comment

Orientasi materealistis semakin tampak jelas menjangkiti masyarakat. Orang indonesia kini, jauh meninggalkan tata masyarakat agraris-tradisional menuju masyarakat industri modern. Tingkat konsumsi tinggi dan pengukuran harkat manusia berdasar kekayaan materi mendorong generasi muda untuk tak kenal lelah mencari keuntungan.

Kita sadari atau tidak, keadaan ini mempengaruhi kehidupan kesenian kita.

Maka jangan salahkan para seniman yang "melacur", menciptakan karya berdasar selera pasar. Karena generasi muda sudah sulit mengapresiasi tontonan tradisi seperti wayang, ludruk, dll. Suka atau tidak maka pengkaryaanpun harus berdamai dengan pasar.

Coba sekarang kita tengok telivisi sebentar saja. Lanjutkan dengan mengganti chanel satu persatu, dari acara satu ke yang lain. Apa yang anda temukan? Joged....

Maaf, bukan maksud merendahkan atau meremehkan tim kreatif (juga penontonnya). Tapi dengan keseragaman acara di hampir semua stasiun televisi dengan kemasan yang "simple", pokok e joged kalau kata lirik lagu, dan celakanya yang paling laku. Ini mengindikasikan bahwa penonton (masyarakat) hari ini hanya butuh hiburan "enteng" semata. Hampir tidak ada lagi tontonan yang mengajak kita berfikir apalagi bercermin.

Tetapi sekali lagi, analisa ini tidak bisa di-generalisasi. Seperti sebuah anekdot ".... televisi adalah furnitur".

Lalu bagaimana di daerah saudara? Masih adakah penikmat kesenian?

0 komentar:

Posting Komentar